Janin itu di kenal dengan janin batu atau litopedion yang mulanya berkembang di luar rahim. Janin ini akan segera dikeluarkan dari tubuh si nenek dengan jalan operasi. Meski demikian, janin tersebut memiliki jaringan yang sebagian besar telah mati.
Dilansir dari Dailymail, Dr Kemer Ramirez dari Rumah Sakit Tunjuelito Bogota mengatakan ketika dokter memeriksa perempuan tua tersebut, memang terlihat ada Sesuatu yang tidak normal diperutnya. Diduga penyimpangan tersebut adalah batu empedu.
USG tidak menunjukkan apapun, namun berdasar radiografi terdeteksi adanya tumor di rongga perut si nenek. Ia menjelaskan bagian perut tersebut bukanlah tempat yang tepat untuk perkembangan janin, sehingga terjadi kasus tersebut.
“Hal ini terjadi karena janin tidak berkembang di dalam rahim karena berada di tempat lain,” ungkap Dr Ramirez.
Karena berada di dalam rongga perut, maka tidak ada jalan keluar. Bayi terlalu besar untuk diserap kembali oleh tubuh, sehingga mengalami kalsifikasi atau pembatuan di bagian luarnya dan melindungi tubuh ibu dari jaringan bayi yang sudah mati. Kalsifikasi tersebut mencegah terjadinya infeksi.
Kasus janin batu hingga puluhan tahun beberapa kali terjadi. Sebab ada sekitar kurang dari 300 kasus litopedion yang dilaporkan dalam literatur medis. Orang yang pertama kali dilaporkan memiliki kasus semacam ini adalah Madame Colombe Chatri, seorang wanita Prancis berusia 68 tahun.
Pada tahun 2009, seorang wanita China berusia 92 tahun juga dilaporkan memiliki kasus serupa. Janin batu berusia 60 tahun bersemayam dalam tubuhnya. Kasus ini ditengarai sebagai kasus litopedion tertua.
0 komentar:
Posting Komentar